Sehat, siapa orangnya yang tak ingin
hidup sehat. Pengertian Hidup Sehat dapat didefinisikan sebagai hidup
tanpa gangguan masalah yang bersifat fisik maupun non fisik. Gangguan
masalah yang bersifat fisik maupun non fisik. Gangguan fisik berupa
penyakit-penyakit yang menyerang tubuh dan fisik seseorang. Sementara
non fisik menyangkut kesehatan kondisi jiwa, hati dan pikiran seseorang.
Artinya, kesehatan meliputi unsur jasmani dan rohani.
Banyak orang yang secara jasmani sehat
dan baik, namun kondisi rohani mereka sangat memperihatinkan.
Orang-orang sukses dan kaya mempunyai jasmani yang sehat, belum tentu
kondisi rohani mereka sehat.
Bagaimana menjaga agar kondisi jasmani
dan rohani anda senantiasa sehat ? Pengertian Hidup Sehat mencakup
aturan dan pola seseorang untuk menjalankan hidup dengan cara
proporsional dan terkontrol. Pola tersebutlah yang akan membuat orang
menjadi sehat. Untuk sehat butuh aturan maka akan muncullah kehidupan
yang serampangan. bukan hanya kesehatan fisik yang akan terganggu, namun
lebih berbahaya lagi bila menyangkut kesehatan jiwa.
Kesehatan amatlah penting untuk meraih
kebahagiaan hidup. Syarat utama seseorang dapat menikmati kebahagiaan
dalam hidup ini adalah saat mereka memiliki kesehatan secara jasmani dan
rohani. Pengertian hidup sehat ini menjadi cara seseorang untuk menuju
kebahagiaan hidup.
Bayangkan saja, jika anda mempunyai
segudang kekayaan dan dikelilingi orang-orang tercinta di sekitar anda,
akan tetapi anda dalam keadaan stress atau terbaring di rumah sakit,
apakah anda akan merasakan kebahagiaan secara sempurna. Oleh sebab itu
mulailah membiasakan hidup sehat. Sebab salah satu resep kebahagiaan
ternyata adalah apabila kita bisa hidup dalam kondisi sehat.
Pola Hidup Sehat
Pola hidup sehat menyangkut aturan untuk
mencapai kesehatan jasmani dan rohani, sebab pengertian hidup sehat yang
sempurna mencakup aspek keduanya. Berikut ini pola-pola hidup sehat
baik secara aspek jasmani maupun rohani :
A. Pengertian Kesegaran Jasmani
Mengenai definisi kesegaran jasmani ada
beberapa ahli memberikan pengertian sebagai berikut : Sadoso
Sumosardjuno (1989 : 9) mendefinisikan Kesegaran Jasmani adalah
kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan
gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta masih mempunyai sisa
atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk
keperluan-keperluan mendadak. dengan kata lain Kesegaran jasmani dapat
pula didefinisikan sebagai kemampuan untuk menunaikan tugas dengan baik
walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang yang kesegaran jasmaninya
kurang, tidak akan dapat melakukannya. Agus Mukhlolid, M.Pd (2004 : 3)
menyatakan bahwa Kesegaran Jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan
untuk melakukan kerja atau aktivitas, mempertinggi daya kerja dengan
tanpa mengalami kelelahan yang berarti atau berlebihan.
B. Meraih Kesehatan Rohani
Seringkali ketika orang mengucapkan
kata sehat, selalu diperjelas yaitu meliputi sehat jasmani dan sehat
rohani. Orang menganggap kedua-duanya penting. Orang tidak merasa cukup
hanya mendapatkan kesehatan jasmani tanpa disempurnakan dengan kesehatan
rohani. Dan begitu pula sehat rohani, harus juga sehat jasmaninya.
Agar jasmaninya sehat, maka orang harus makan secara teratur dan
cukup, berolah raga, menghindar dari makanan dan atau minuman yang
merusak tubuh, dan menjaga atau menghindar dari hal-hal yang menyebabkan
badan atau raganya terganggu. Keluar malam, apalagi di musim dingin
misalnya, harus memakai pakaian yang sesuai dengan kebutuhan itu.
Lalu, bagaimana dengan kesehatan rohani. Kesehatan jenis ini agak susah dikenali. Kadang-kadang penderitanya sendiri tidak tahu bahwa dirinya lagi sakit. Sekalipun seseorang sesungguhnya sedang sakit, justru dia menuduh orang lain yang sakit. Suatu saat, kita saksikan seseorang menyarankan pada saudara atau temannya agar sabar, padahal justru dirinya sendiri yang sedang tidak sabar itu.
Penyakit rohani banyak macamnya. Orang yang tidak tahu diri, merasa hebat, pintar sendiri, jagoan dan juga benar sendiri hingga melahirkan sifat sombong atau takabur, maka ia sesungguhnya sedang tidak sehat. Orang yang tamak, bakhil dan ingin menguasai apa saja semuanya, tanpa mau berbagi dengan orang lain, itu semua pertanda bahwasanya ia tidak dalam keadaan sehat.
Demikian juga orang yang selalu iri, dengki atau hasat terhadap orang lain, merasa susah dan bahkan marah jika ada orang lain senang, dan sebaliknya merasa senang jika melihat orang lain lagi susah, adalah termasuk orang yang sakit ruhani berat. Juga orang disebut sakit rohani manakala ia selalu merasa ditimpa kekurangan, yakni kekurangan harta, pangkat, jabatan, pengaruh dan lain-lain. Mereka selalu gelisah, ingin segera mendapatkan sesuatu, padahal apa yang diinginkannya itu sudah terlalu banyak pada dirinya. Ini semua adalah penyakit-penyakit ruhani yang sulit dikenali bahkan oleh yang bersangkutan.
Sebaliknya, orang yang rohaninya sedang sehat adalah mereka yang selalu bersyukur, merasakan gembira atas nikmat yang diterimanya, merasa cukup, sabar, ikhlas, ikut senang tatkala temannya gembira mendapatkan untung, ikut susah tatkala melihat temannya susah, selalu berusaha agar orang lain senang, tawakal dan mau menerima apa adanya. Semuanya ini adalah tanda-tanda seseorang yang sedang dalam keadaan sehat rohani.
Penyakit rohani bisa menimpa kepada siapapun, baik kepada orang kaya maupun orang miskin, pejabat tinggi maupun rakyat biasa, orang pintar maupun kepada orang bodoh. Penyakit ruhani ini, lebih membahayakan daripada sekedar penyakit fisik atau jasmani. Penyakit rohani tidak saja berdampak pada yang bersangkutan, tetapi justru terkena pada orang lain. Orang yang sakit rohani, misalnya dengki, iri hati atau hasut, maka orang-orang dekatnya, seperti teman atau tetangga, dan masyarakat lingkungannya akan terkena akibatnya.
Penyakit rohani, sekalipun tidak dirasakan, tetapi dampaknya cukup luas. Misalnya, lembaga atau kantor yang dipimpin atau terdapat orang yang tidak sehat ruhaninya kurang bersyukur, dengki, iri hati, hasut, maka institusi itu secara keseluruhan bisa menjadi tidak sehat. Keadilan, kejujuran, kebenaran akan sulit diwujudkan, sebagai akibat dari adanya orang-orang yang kurang sehat itu.
Sebagai contoh tambahan, seorang desa harus menambah penderitaannya akibat anaknya yang kurang sehat. Anaknya yang dikirim ke kota untuk belajar, sekalipun dengan kemampuan seadanya, ternyata malas, kurang bersyukur, tidak bersemangat, mencari enaknya saja, akhirnya gagal menyelesaikan belajarnya. Kerugian itu tidak saja ditanggung sendiri, tetapi juga oleh orang tuanya, saudaranya, dan semua yang terkait dengannya. Penyakit rohani bisa datang kepada siapapun, baik pada orang kaya atau miskin, berpendidikan atau tidak, pejabat atau rakyat biasa, orang tua atau muda, guru, dosen maupun mahasiswa dan bahkan semuanya.
Lalu, bagaimana menghindar atau menyembuhkan penyakit ini. Sebagai seorang muslim, telah memiliki tuntunan. Yakni, memohon kepada Allah. Seringkali kita mendengar syair yang indah, terkait tentang penyembuh hati. Disebutkan bahwa ada lima penyembuh hati, yaitu membaca al Qur’an dengan menghayati maknanya, sholat malam, banyak berdzikir, berkumpul dengan orang-orang sholeh, dan sanggup menahan rasa lapar. Syair itu seringkali dilantunkan di masjid atau musholla setelah adzan dikumandangkan, sebelum sholat berjama’ah dimulai.
Akhirnya, kita semua berharap selalu benar-benar mendapatkan karunia kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Dalam sebuah pertemuan yang pernah saya ikuti, seorang pembicara mengungkapkan bahwa memelihara kesehatan seharusnya dilakukan dengan jalan (1) menjaga kehidupan spiritual, (2) selalu memahami dan menghayati makna hidup, (3) menjaga konsumsi makanan dan (4) membiasakan berolah raga secara cukup. Kiranya kita semua sudah tahu kunci atau langkah menjaga kesehatan itu. Tetapi memang, menggunakan kunci itu secara istiqomah agaknya sulit, kadang kita lupa, kurang sabar dan ikhlas. Wallahu a’lam.
Lalu, bagaimana dengan kesehatan rohani. Kesehatan jenis ini agak susah dikenali. Kadang-kadang penderitanya sendiri tidak tahu bahwa dirinya lagi sakit. Sekalipun seseorang sesungguhnya sedang sakit, justru dia menuduh orang lain yang sakit. Suatu saat, kita saksikan seseorang menyarankan pada saudara atau temannya agar sabar, padahal justru dirinya sendiri yang sedang tidak sabar itu.
Penyakit rohani banyak macamnya. Orang yang tidak tahu diri, merasa hebat, pintar sendiri, jagoan dan juga benar sendiri hingga melahirkan sifat sombong atau takabur, maka ia sesungguhnya sedang tidak sehat. Orang yang tamak, bakhil dan ingin menguasai apa saja semuanya, tanpa mau berbagi dengan orang lain, itu semua pertanda bahwasanya ia tidak dalam keadaan sehat.
Demikian juga orang yang selalu iri, dengki atau hasat terhadap orang lain, merasa susah dan bahkan marah jika ada orang lain senang, dan sebaliknya merasa senang jika melihat orang lain lagi susah, adalah termasuk orang yang sakit ruhani berat. Juga orang disebut sakit rohani manakala ia selalu merasa ditimpa kekurangan, yakni kekurangan harta, pangkat, jabatan, pengaruh dan lain-lain. Mereka selalu gelisah, ingin segera mendapatkan sesuatu, padahal apa yang diinginkannya itu sudah terlalu banyak pada dirinya. Ini semua adalah penyakit-penyakit ruhani yang sulit dikenali bahkan oleh yang bersangkutan.
Sebaliknya, orang yang rohaninya sedang sehat adalah mereka yang selalu bersyukur, merasakan gembira atas nikmat yang diterimanya, merasa cukup, sabar, ikhlas, ikut senang tatkala temannya gembira mendapatkan untung, ikut susah tatkala melihat temannya susah, selalu berusaha agar orang lain senang, tawakal dan mau menerima apa adanya. Semuanya ini adalah tanda-tanda seseorang yang sedang dalam keadaan sehat rohani.
Penyakit rohani bisa menimpa kepada siapapun, baik kepada orang kaya maupun orang miskin, pejabat tinggi maupun rakyat biasa, orang pintar maupun kepada orang bodoh. Penyakit ruhani ini, lebih membahayakan daripada sekedar penyakit fisik atau jasmani. Penyakit rohani tidak saja berdampak pada yang bersangkutan, tetapi justru terkena pada orang lain. Orang yang sakit rohani, misalnya dengki, iri hati atau hasut, maka orang-orang dekatnya, seperti teman atau tetangga, dan masyarakat lingkungannya akan terkena akibatnya.
Penyakit rohani, sekalipun tidak dirasakan, tetapi dampaknya cukup luas. Misalnya, lembaga atau kantor yang dipimpin atau terdapat orang yang tidak sehat ruhaninya kurang bersyukur, dengki, iri hati, hasut, maka institusi itu secara keseluruhan bisa menjadi tidak sehat. Keadilan, kejujuran, kebenaran akan sulit diwujudkan, sebagai akibat dari adanya orang-orang yang kurang sehat itu.
Sebagai contoh tambahan, seorang desa harus menambah penderitaannya akibat anaknya yang kurang sehat. Anaknya yang dikirim ke kota untuk belajar, sekalipun dengan kemampuan seadanya, ternyata malas, kurang bersyukur, tidak bersemangat, mencari enaknya saja, akhirnya gagal menyelesaikan belajarnya. Kerugian itu tidak saja ditanggung sendiri, tetapi juga oleh orang tuanya, saudaranya, dan semua yang terkait dengannya. Penyakit rohani bisa datang kepada siapapun, baik pada orang kaya atau miskin, berpendidikan atau tidak, pejabat atau rakyat biasa, orang tua atau muda, guru, dosen maupun mahasiswa dan bahkan semuanya.
Lalu, bagaimana menghindar atau menyembuhkan penyakit ini. Sebagai seorang muslim, telah memiliki tuntunan. Yakni, memohon kepada Allah. Seringkali kita mendengar syair yang indah, terkait tentang penyembuh hati. Disebutkan bahwa ada lima penyembuh hati, yaitu membaca al Qur’an dengan menghayati maknanya, sholat malam, banyak berdzikir, berkumpul dengan orang-orang sholeh, dan sanggup menahan rasa lapar. Syair itu seringkali dilantunkan di masjid atau musholla setelah adzan dikumandangkan, sebelum sholat berjama’ah dimulai.
Akhirnya, kita semua berharap selalu benar-benar mendapatkan karunia kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Dalam sebuah pertemuan yang pernah saya ikuti, seorang pembicara mengungkapkan bahwa memelihara kesehatan seharusnya dilakukan dengan jalan (1) menjaga kehidupan spiritual, (2) selalu memahami dan menghayati makna hidup, (3) menjaga konsumsi makanan dan (4) membiasakan berolah raga secara cukup. Kiranya kita semua sudah tahu kunci atau langkah menjaga kesehatan itu. Tetapi memang, menggunakan kunci itu secara istiqomah agaknya sulit, kadang kita lupa, kurang sabar dan ikhlas. Wallahu a’lam.